Rekam Medis itu Penting.
Kamis, 31 Oktober 2013
REKAM MEDIS ITU UNTUK APA ?
Denghindar Dari Jerawat < Intermeso >
Agar Jerawat Tak Muncul Lagi
Jerawat bisa disebabkan oleh banyak hal, termasuk faktor
genetis dan hormon. Stres juga berperan besar menyebabkan jerawat. Meskipun Anda tidak bisa
mengontrol apakah Anda memiliki kulit yang rawan terkena infeksi jerawat atau
tidak, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut ini untuk mencegahnya.
1 Jangan menyentuh wajah Anda dengan tangan. Cobalah untuk tidak memencet jerawat, yang bisa membuat jerawat itu semakin besar atau menyebabkan bekas luka.
2. Jangan mengusap muka. Sebagian besar orang yang memilki jerawat atau pori-pori tersumbat cenderung mengusap muka mereka lebih keras, yang bisa menyebabkan iritasi kulit. Oleh karena itu,
gunakan pembersih yang lembut saat pagi dan sore hari.
3. Gunakan alas bedak tipis. Makeup yang digunakan untuk menutupi jerawat cenderung membuat pori-pori tersumbat dan menyebabkan lebih banyak kotoran. Cobalah menggunakan concealer yang terbuat dari bahan asam salisilat.
4. Ketahui jenis kotoran di wajah Anda. Perhatikan cara Anda menelepon, cara tidur menyamping, atau mungkin menyandarkan wajah Anda pada satu tangan. Cobalah untuk menghindari hal ini.
5. Lakukan perawatan kulit secara rutin. Pembersih, toner, and pelembap mengandung bahan-bahan seperti benzoil peroksida pembunuh bakteri penyebab jerawat.
6. Memperhatikan perawatan kulit Anda. Jika Anda melakukan perawatan kulit dan ternyata jerawat masih belum hilang, mungkin Anda perlu berkonsultasi kepada ahli dermatologi, yang bisa memberikan produk yang lebih tepat
1 Jangan menyentuh wajah Anda dengan tangan. Cobalah untuk tidak memencet jerawat, yang bisa membuat jerawat itu semakin besar atau menyebabkan bekas luka.
2. Jangan mengusap muka. Sebagian besar orang yang memilki jerawat atau pori-pori tersumbat cenderung mengusap muka mereka lebih keras, yang bisa menyebabkan iritasi kulit. Oleh karena itu,
gunakan pembersih yang lembut saat pagi dan sore hari.
3. Gunakan alas bedak tipis. Makeup yang digunakan untuk menutupi jerawat cenderung membuat pori-pori tersumbat dan menyebabkan lebih banyak kotoran. Cobalah menggunakan concealer yang terbuat dari bahan asam salisilat.
4. Ketahui jenis kotoran di wajah Anda. Perhatikan cara Anda menelepon, cara tidur menyamping, atau mungkin menyandarkan wajah Anda pada satu tangan. Cobalah untuk menghindari hal ini.
5. Lakukan perawatan kulit secara rutin. Pembersih, toner, and pelembap mengandung bahan-bahan seperti benzoil peroksida pembunuh bakteri penyebab jerawat.
6. Memperhatikan perawatan kulit Anda. Jika Anda melakukan perawatan kulit dan ternyata jerawat masih belum hilang, mungkin Anda perlu berkonsultasi kepada ahli dermatologi, yang bisa memberikan produk yang lebih tepat
Jumat, 26 Juli 2013
kebutuhan rak filing
FASILITAS ATAU SARANA FISIK PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS
1).RUANGAN
Ruangan yang digunakan untuk menyimpan berkas rekam medis harus ber AC. Suhu ideal yaitu 22 – 24 derajat celcius
2).ALAT PENYIMPANAN
a.Rak Terbuka (Open Self File Unit)
•Keuntungan Rak Rekam Medis Terbuka yaitu : harganya murah, Petugas lebih cepat dalam mengambil dan menyimpan berkas rekam medis.
•Kekurangan Rak Rekam Medis Terbuka yaitu : keamanan kurang terjamin, kurang hemat ruangan, pemeliharaan berkas kurang terjaga.
b.Roll O Pack (Mekanis dan elektris)
•Keuntungan Roll o Pack yaitu : menghemat tempat, keamanan lebih terjaga, pemeliharaan berkas lebih mudah.
•Kekurangan Roll o Pack yaitu : harganya mahal
3).LOKASI FILLING Meliputi :
•Sentralisasi
•Filling rawat jalan, rawat inap, dan IGD disimpan jadi satu.
•Perhitungan jumlah pasien dan tebal berkas merupakan hasil rata – rata dari rawat jalan, inap, IGD.
•Desentralisasi
•Filling rawat jalan (dan IGD) terpisah dengan rawat inap.
•Perhitungan rak disendirikan antara rawat jalan,rawat inap,dan IGD.
4).DASAR PERHITUNGAN RAK
•Jumlah pasien masuk rawat inap
•Jumlah pasien masuk rawat jalan
•Lama disimpan berkas rekam medis
•Tebal berkas rekam medis ranap
•Tebal berkas rekam medis ralan
•Panjang dan jumlah jajaran rekam medis
•Kebutuhan Rak
Minggu, 07 April 2013
ELECTRONIC HEALTH RECORD (EHR) atau REKAM KESEHATAN ELEKTRONIK: Change in the HIM Department
Hosizah*
Abstrak
Electronic Health Record (EHR) sudah banyak digunakan di berbagai rumah sakit di dunia sebagai pengganti atau pelengkap rekam kesehatan berbentuk kertas. Di Indonesia dikenal dengan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE). Sejak berkembangnya e-Health, EHR menjadi jantung informasi dalam sistem informasi rumah sakit. EHR sudah mulai digunakan di beberapa rumah sakit di Indonesia khususnya rumah sakit dengan penanam modal asing (PMA), namun demikian para tenaga kesehatan dan pengelola sarana pelayanan kesehatan masih ragu untuk menggunakannya karena belum ada peraturan perundangan yang secara khusus mengatur penggunaannya.
Sejak dikeluarkannya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 telah memberikan jawaban atas keraguan yang ada. UU ITE telah memberikan peluang untuk implemetasi EHR. Artikel ini hasil studi pustaka tentang implementasi EHR, mencakup: studi kasus pemakaian EHR (Journal AHIMA), dampak EHR pada fungsi-fungsi Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) dan pengujian penerimaan EHR.
Kata kunci: UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), Electronic Health Record (EHR), HIM (Health Information Management)
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang melanda dunia telah berpengaruh besar bagi perubahan pada semua bidang, termasuk bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2004 – 2009 yang menjelaskan bahwa “Arah kebijakan Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi difokuskan pada enam bidang prioritas, antara lain pengembangan teknologi dan informasi dan pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan.
Salah satu penggunaan teknologi informasi (TI) di bidang kesehatan yang menjadi tren dalam pelayanan kesehatan secara global adalah rekam kesehatan elektronik. Selama ini rekam medis mengacu pada Pasal 46 dan Pasal 47 UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis sebagai pengganti dari Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/Menkes/PER/XII/1989.
Undang-undang No.29 Tahun 2004 sebenarnya telah diundangkan saat EHR sudah banyak digunakan, namun belum mengatur mengenai EHR. Begitu pula Peraturan Menteri Kesehatan No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis belum sepenuhnya mengatur mengenai EHR. Hanya pada Bab II pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik”. Secara tersirat pada ayat tersebut memberikan ijin kepada sarana pelayanan kesehatan membuat rekam medis secara elektronik (EHR).
Penyelenggaraan EHR di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas, karena salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan EHR yaitu mencegah kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu (1) pencegahan adverse event, (2) memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis Fuad)
Keuntungan lain dari EHR yaitu dapat memberikan peringatan dan kewaspadaan klinik (clinical alerts and reminders), hubungan dengan sumber pengetahuan untuk menunjang keputusan layanan-kesehatan (health care decision support) dan analisis data agregat (Johan Harlan).
Selain itu dengan adanya EHR memungkinkan terselenggaranya komunikasi silang yang semakin kompleks antara sesama tenaga kesehatan dengan berbagai pihak yang sama-sama memberikan pelayanan kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan, dan EHR juga dapat digunakan sebagai salah satu masukan penting dalam mengukur keberhasilan program kesehatan di instansi pelayanan yang ada. (Menkes RI, 2005).
Saat ini di Indonesia tercatat sekitar 1300 RS dan ribuan puskesmas (Menkes RI) yang tentunya pemerintah perlu memikirkan rancangan induk (grand disain) EHR yang disusun secara strategis per regional meliputi wilayah Indonesia Timur, Tengah dan Barat. Rancangan EHR tersebut tentunya harus dapat mengatasi hal-hal yang sering terjadi pada rekam medis berbasis kertas antara lain: (1) Aksesibilitas informasi kesehatan pasien belum real time, (2) kelengkapan, keakuratan dan keamanan informasi kesehatan pasien masih rendah, (3) Pemanfaatan data pasien dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di sarana pelayanan kesehatan oleh para pengelola sarana pelayanan kesehatan belum optimal, (4) Data pasien belum dioptimalkan oleh para tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan secara berkesinambungan dalam rangka pelayanan yang efektif dan efisien.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Bab I pasal 1).
Rekam medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat penyakit pasien amat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien, bagi evaluasi lanjut serta menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu kelengkapan, keakuratan dan ketepatan waktu pengisian harus diupayakan dalam organisasi kesehatan karena amat penting bagi kelayakan tindakan pelayanan dan rujukan.
EHR bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall seperti paket word-processing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang secara langsung dapat dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai dalam lingkungan tertentu.
EHR merupakan sistem informasi yang memiliki framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi, menurut Amatayakul Magret K dalam bukunya Electronic Health Records: A Practical, Guide for Professionals and Organizations harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
WHO juga memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian EHR, yang berlandaskan pada beberapa perbedaan penerapan EHR di beberapa negara. Namun demikian, WHO menjelaskan bahwa EHR idealnya harus mampu:
Menurut Johan Harlan, komponen fungsional EHR, meliputi:
Untuk menunjang keberhasilan dalam membangun EHR di rumah sakit,
institusi dan vendor juga harus melihat dan mempertimbangkan komponen
dasar EHR seperti di bawah ini:
- Sistem administrasi
- Financial/keuangan
- Data klinis dari unit-unit
- Rules Engine, yang menyediakan program logic yang dapat dipakai untuk menunjang keputusan seperti; kewaspadaan dan pernyataan, daftar permintaan (order set) dan protokol klinis.
-
Sumber pengetahuan, yakni membuat informasi yang selalu tersedia bagi kepentingan sumber-sumber luar.
- Gudang data (data warehouse) data spesifik yang dapat diproses (yakni data agregat dan data yang akan dianalisis) yang menghasilkan informasi yang amat berguna.
-
Pengambilan keputusan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara apapun termasuk memasukkan dan mengeluarkan
data melalui: terminal komputer, komputer pribadi, PC, Notebook, PDA,
sistem pengenalan suara, tanda tangan dll.
Komponen dasar EHR dapat dilihat pada gambar 2, berikut ini:
IV. Strategi Implementasi dan Pengembangan EHR
Faktor yang mendukung adopsi EHR di saryankes:
- Butuh modal awal untuk investasi
- Penyelesaian dan instalasi perangkat lunak seringkali terlambat dari yang direncanakan
- Perbaikan untuk implementasi butuh tambahan biaya besar dan waktu yang lama
- Permasalahan pada pengembangan perangkat lunak meningkatkan resistensi lokal dan menurunkan produktivitas klininikus.
- Fokus utama administrator kesehatan tertuju pada sistem keuangan,
- Membutuhkan waktu yang lama untuk penanganan pasien khususnya dalam pengisian data
- Sistem EHR meningkatkan dokter menyelesaikan pengumpulan informasi secara intensif, tetapi sulit memfokuskan perhatian pada aspek komunikasi lain dengan pasien,
- EHR memerlukan terlalu banyak langkah untu menyelesaikan tugas sederhana,
- EHR tidak efektif mengakomodasi dengan masalah berganda,
- Dekstop di ruang periksa mengganggu arah posisi duduk dokter dan pasien,
- Keamanan desktop di ruang periksa tidak terjamin jika pengunjung membawa anak-anak yang sangat aktif.
Berdasarkan beberapa hal yang diketahui dalam implementasi EHR, maka diperlukan standar EHR untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kebijakan kesehatan, yaitu (1) Mengurangi biaya pengembangan, (2) Meningkatkan keterpaduan data, (3) Memfasilitasi pengumpulan data agregat yang bermakna.
Sebagai strategi dalam implementasi EHR yang pertama, yaitu perlu adanya pemilihan Sistem EHR di sarana pelayanan kesehatan, melalui tahapan:
Metode yang dapat digunakan untuk kebutuhan ini meliputi wawancara (dengan atau tanpa kuesioner) dan observasi terhadap kegiatan harian dalam lingkup yang akan dikembangkan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah untuk mengetahui:
- jenis informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pengguna
- siapa saja yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem
- bagaimana informasi tersebut didayagunakan
- di tingkat mana saja dan dalam konteks apa saja informasi tersebut dibutuhkan
- media apa saja yang dibutuhkan dalam penangkapan data dan penyampaian informasinya.
Contoh informasi yang esensial tentang klien misalnya nama pasien, dokter yang merawat, dan informasi tentang asuransinya. Hal yang tidak dibutuhkan saat ini (wants) bisa ditelaah lagi apakah memang akan menjadi penting pada saat yang akan datang, misalnya penerapan teknologi pengenal suara/voice recognation.
Sebagai strategi lain dalam implementasi EHR, yaitu harus diantisipasi adanya kesalahan (error) yang mungkin terjadi, yakni error within dan error without.
- Data; perlu adanya standarisasi (alur data)
- Deployment; ujicoba sistem baru
- Development; fase pengembangan konstruksi dan verifikasi disain system
- Detection; Deteksi kesalahan perlu dilakukan
- Communication; diperlukan antar para pengguna (users)
- Complexity; banyaknya variasi komponen dan interface pada sistem RKE
- Corruption
- Conversion; terjadi pada penyatuan, pemisahan dan transformasi informasi ke media lain
Teknologi penunjang EHR merupakan strategi keberhasilan implementasi EHR, yaitu:
Modal atau investasi awal merupakan barrier utama dalam penerapan EHR. Kendala-kendala lain dalam penerapan EHR meliputi: (1) Physician resistance, (2) Lack of technology standards, (3) Staff workload.
Beberapa renponden juga menyatakan bahwa budaya pelayanan kesehatan masa kini merupakan barrier pada EHR. Berdasarkan survey ini juga dijelaskan bahwa perbedaan luas adopsi EHR memerlukan perubahan utama perilaku, aliran kerja (workflows), hubungan antara organisasi kesehatan. Para pimpinan menyarankan kepada pemerintah untuk:
- Mengembangkan standar teknologi (developed technology standards),
- Menyediakan subsidi keuangan untuk mendorong penerapan EHR (provide subsidies or tax credits to encourage adoption of EHRs),
- Menjalankan tugas (mandate compliance),
- Mengedukasi para dokter dan masyarakat tentang keuntungan EHR (educate physicians and the public about EHR benefits),
- Menetapkan departemen pusat untuk menyediakan pandangan secara nasional (establish a federal department to provide national oversight).
Peran profesional MIK yang akan datang mencakup: Manajer MIK, Spesialis data klinis, Koordinator informasi pasien, Manajer kualitas data, Manajer sekuritas informasi, Administrator sumber data, dan Riset dan spesialis penunjang keputusan.
Beberapa fungsi yang selama ini dilakukan oleh para praktisi RMIK, akan bergeser menjadi lebih sedikit dan sebagian lagi akan ditiadakan. Secara rinci beberapa fungsi dan pergeserannya akan dibahas pada artikel “Peran Profesional MIK dalam EHR” edisi yang akan datang.
Kunci sukses implementasi EHR di saryankes tidak terlepas dari peran serta pemerintah dalam menyiapkan kebijakan terkait dengan implementasi EHR antara lain: Standarisasi model EHR yang sesuai di sarana pelayanan kesehatan Indonesia, Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran dari UU ITE No. 11 tahun 2008 dan Pedoman pelaksanaan EHR di saryankes termasuk standarisasi istilah-istilah data dasar yang diperlukan dalam EHR.
Professional Rekam Medis dan Infomasi Kesehatan atau Manajemen Informasi Kesehatan (MIKI) wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang TIK untuk mengantisipasi beberapa peran professional MIK yang akan datang.
Amatayakul Margret K., Electronic Health Records: A Practical Guide for Professionals and Organizations, American Health Information Management Assosiation (AHIMA), Chicago Illinois, 2004
Berg Marc, Health Information Management Integrating Information Technology in Health Care Work, Routledge, New York, 2004
Deborah Kohn, When the Writ Hits the Fan: The Importance of Managing Electronic Health Records (EHR), Journal AHIMA, September 2004 – 75/8
Fuad Anis, Persiapan Tenaga Medis dalam Persiapan RKE di Indonesia, Makalah dalam seminar sehari Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta 2005
Fuad Anis, Teknologi Informasi untuk Keselamatan Pasien, (artikel elektronik) diakses tanggal 14 Mei 2008, http://www.desentralisasi-kesehatan.net
Hagland Mark, Clinic EHR Streamlines HIM Department, Journal AHIMA, March 2003 – 74/3
Hatta Gemala, Paradigma Baru Rekam Medis: Manajemen Informasi Kesehatan, Makalah dalam seminar sehari Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta 2005
Hanson Susan P., The EHR in India, Journal AHIMA, January 2005 – 76/1
Harlan Johan, Dari Rekam Medik Kertas ke Rekam Kesehatan Elekronik, (artikel elektronik) diakses tanggal 14 Mei 2008.
Huffman, Edna K., Health Information Management, 10th Ed. Berwyn, Illinois: Physicians’ Record Company, 1999
Latour Kathleen M., Shirley Eichenwald. Health Information Management: Concepts, Principles and Practice. Chicago Illinois: American Health Information Management Association (AHIMA), 2002
Madhavan Nayar and Sharon Miller, Anticipating Error: Identifying Weak Links in the Electronic Healthcare Environment, Journal AHIMA, September 2004 – 75/8
Menteri Kesehatan, 2008: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, Depkes RI, Jakarta
Mon Donald T., E-HIM Fundamentals: Defining the Differences between the CPR, EMR, and EHR, Journal AHIMA, October 2004 – 75/9
Rollins Gina, Turning a Physician Practice on Its Head: Kaisar Leader Reveals the Challenges, Benefits of EHR, Journal AHIMA, March 2003 – 74/3
Shortliffe Edward H., Leslie E. Perreault. Medical Informatics: Computer Applications in Health Care. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. 1990
Sub. Dit. Keterapian Fisik Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, Dirjen Yanmed Depkes RI, Draft Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE), Jakarta, 2005
World Health Organization, Medical Record Manual for Developing Countries, Geneva, 2006
Abstrak
Electronic Health Record (EHR) sudah banyak digunakan di berbagai rumah sakit di dunia sebagai pengganti atau pelengkap rekam kesehatan berbentuk kertas. Di Indonesia dikenal dengan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE). Sejak berkembangnya e-Health, EHR menjadi jantung informasi dalam sistem informasi rumah sakit. EHR sudah mulai digunakan di beberapa rumah sakit di Indonesia khususnya rumah sakit dengan penanam modal asing (PMA), namun demikian para tenaga kesehatan dan pengelola sarana pelayanan kesehatan masih ragu untuk menggunakannya karena belum ada peraturan perundangan yang secara khusus mengatur penggunaannya.
Sejak dikeluarkannya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 telah memberikan jawaban atas keraguan yang ada. UU ITE telah memberikan peluang untuk implemetasi EHR. Artikel ini hasil studi pustaka tentang implementasi EHR, mencakup: studi kasus pemakaian EHR (Journal AHIMA), dampak EHR pada fungsi-fungsi Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) dan pengujian penerimaan EHR.
Kata kunci: UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), Electronic Health Record (EHR), HIM (Health Information Management)
I. Latar Belakang
Penyelenggaraan Rekam Medis di rumah sakit Indonesia dimulai Tahun 1989 sejalan dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.749a/Menkes/PER/XII/1989 tentang Rekam Medis, yang mana pengaturannya masih mencakup rekam medis berbasis kertas (konvensional). Rekam medis konvensional dianggap tidak tepat lagi untuk digunakan di abad 21 yang menggunakan informasi secara intensif dan lingkungan yang berorientasi pada otomatisasi pelayanan kesehatan dan bukan terpusat pada unit kerja semata.Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang melanda dunia telah berpengaruh besar bagi perubahan pada semua bidang, termasuk bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2004 – 2009 yang menjelaskan bahwa “Arah kebijakan Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi difokuskan pada enam bidang prioritas, antara lain pengembangan teknologi dan informasi dan pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan.
Salah satu penggunaan teknologi informasi (TI) di bidang kesehatan yang menjadi tren dalam pelayanan kesehatan secara global adalah rekam kesehatan elektronik. Selama ini rekam medis mengacu pada Pasal 46 dan Pasal 47 UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis sebagai pengganti dari Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/Menkes/PER/XII/1989.
Undang-undang No.29 Tahun 2004 sebenarnya telah diundangkan saat EHR sudah banyak digunakan, namun belum mengatur mengenai EHR. Begitu pula Peraturan Menteri Kesehatan No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis belum sepenuhnya mengatur mengenai EHR. Hanya pada Bab II pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik”. Secara tersirat pada ayat tersebut memberikan ijin kepada sarana pelayanan kesehatan membuat rekam medis secara elektronik (EHR).
Penyelenggaraan EHR di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas, karena salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan EHR yaitu mencegah kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu (1) pencegahan adverse event, (2) memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis Fuad)
Keuntungan lain dari EHR yaitu dapat memberikan peringatan dan kewaspadaan klinik (clinical alerts and reminders), hubungan dengan sumber pengetahuan untuk menunjang keputusan layanan-kesehatan (health care decision support) dan analisis data agregat (Johan Harlan).
Selain itu dengan adanya EHR memungkinkan terselenggaranya komunikasi silang yang semakin kompleks antara sesama tenaga kesehatan dengan berbagai pihak yang sama-sama memberikan pelayanan kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan, dan EHR juga dapat digunakan sebagai salah satu masukan penting dalam mengukur keberhasilan program kesehatan di instansi pelayanan yang ada. (Menkes RI, 2005).
Saat ini di Indonesia tercatat sekitar 1300 RS dan ribuan puskesmas (Menkes RI) yang tentunya pemerintah perlu memikirkan rancangan induk (grand disain) EHR yang disusun secara strategis per regional meliputi wilayah Indonesia Timur, Tengah dan Barat. Rancangan EHR tersebut tentunya harus dapat mengatasi hal-hal yang sering terjadi pada rekam medis berbasis kertas antara lain: (1) Aksesibilitas informasi kesehatan pasien belum real time, (2) kelengkapan, keakuratan dan keamanan informasi kesehatan pasien masih rendah, (3) Pemanfaatan data pasien dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di sarana pelayanan kesehatan oleh para pengelola sarana pelayanan kesehatan belum optimal, (4) Data pasien belum dioptimalkan oleh para tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan secara berkesinambungan dalam rangka pelayanan yang efektif dan efisien.
- II. Pengertian dan Kegunaan EHR
- A. Pengertian EHR
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Bab I pasal 1).
Rekam medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat penyakit pasien amat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien, bagi evaluasi lanjut serta menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu kelengkapan, keakuratan dan ketepatan waktu pengisian harus diupayakan dalam organisasi kesehatan karena amat penting bagi kelayakan tindakan pelayanan dan rujukan.
EHR bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall seperti paket word-processing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang secara langsung dapat dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai dalam lingkungan tertentu.
EHR merupakan sistem informasi yang memiliki framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi, menurut Amatayakul Magret K dalam bukunya Electronic Health Records: A Practical, Guide for Professionals and Organizations harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Mengintegrasikan data dari berbagai sumber (Integrated data from multiple source)
- Mengumpulkan data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care)
- Mendukung pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support caregiver decision making).
WHO juga memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian EHR, yang berlandaskan pada beberapa perbedaan penerapan EHR di beberapa negara. Namun demikian, WHO menjelaskan bahwa EHR idealnya harus mampu:
- Collect clinical, administrative and financial data at the point time;
- Exchange data more easily between health professionals to facilitate continuing care;
- Measure clinical improvement and health outcomes, compare the outcomes againts benchmarks and facilitate research and clinical trials;
- Provide valuable statistical data in a timely and efficient manner to public health and goverment ministries (such reporting of health data is important in the detection and monitoring of disease outbreaks, as well as providing meaningful and accurate statistics to measure the health status of the population; and Support management in administrative and financial reporting and other processes.
- B. Komponen EHR
Menurut Johan Harlan, komponen fungsional EHR, meliputi:
- Data pasien terintegrasi
- Dukungan keputusan klinik
- Pemasukan perintah klinikus
- Akses terhadap sumber pengetahuan
- Dukungan komunikasi terpadu
|
- Sistem Sumber
- Sistem administrasi
- Financial/keuangan
- Data klinis dari unit-unit
- Pengintegrasian data
- Rules Engine, yang menyediakan program logic yang dapat dipakai untuk menunjang keputusan seperti; kewaspadaan dan pernyataan, daftar permintaan (order set) dan protokol klinis.
-
|
- Gudang data (data warehouse) data spesifik yang dapat diproses (yakni data agregat dan data yang akan dianalisis) yang menghasilkan informasi yang amat berguna.
- c. Human interface
-
|
Komponen dasar EHR dapat dilihat pada gambar 2, berikut ini:
III. Implementasi EHR di Saryankes
Salah satu aspek yang paling sulit dalam menerapkan EHR adalah pada tahapan implementasi. Ada beberapa alternatif implementasi yaitu:- Implementasi seluruh fungsi di semua unit (instalasi) pada saat yang sama secara menyeluruh di rumah sakit,
- Implementasi seluruh fungsi pada satu unit (instalasi). Jika di lokasi tersebut sudah stabil, kemudian dilanjutkan ke seluruh lokasi lain pada saat yang sama,
- Implementasi fungsi-fungsi terbatas pada seluruh unit (instalasi), misalnya permintaan tes laboratorium secara elektronik. Jika fungsi ini sudah menjadi bagian dari kegiatan klinik secara rutin, kemudian menerapkan lebih banyak fungsi lagi,
- Kombinasi dari pendekatan-pendekatan di atas, misalnya menerapkan fungsi terbatas pada satu lokasi. Jika fungsi tersebut sudah stabil, kemudian memperluas berbagai fungsi pada lokasi tersebut dan kemudian diperluas ke berbagai unit di seluruh rumah sakit.
- Pencegahan adverse event,
- Memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event dan
- Melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis Fuad)
- Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas, untuk perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang
- Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem dan merancang ulang alur kerja.
- Konversi rekam medis kertas ke EHR membutuhkan waktu, sumber daya, tekad dan kepemimpinan
- Risiko kegagalan sistem komputer
- Masalah pemasukan data oleh dokter
- Analisis data agregat
- Pemasukan data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input data, pencegahan error, data entry oleh dokter,
- Tampilan data (data display), meliputi: flowsheet data pasien, Ringkasan dan abstrak, turnaround documents, tampilan dinamik,
- Sistem kuiri (tanya; query) dan surveilans, meliputi pelayanan klinik, penelitian klinik, studi retrospektif dan administrasi.
IV. Strategi Implementasi dan Pengembangan EHR
Faktor yang mendukung adopsi EHR di saryankes:
- Perubahan ekonomi kesehatan dengan adanya trend untuk melakukan penghematan,
- Peningkatan komputer literacy dalam populasi umum, termasuk generasi baru klinikus,
- Perubahan kebijakan pemerintah,
- Peningkatan dukungan terhadap komputasi klinik.
- Pihak Manajemen RS
- Butuh modal awal untuk investasi
- Penyelesaian dan instalasi perangkat lunak seringkali terlambat dari yang direncanakan
- Perbaikan untuk implementasi butuh tambahan biaya besar dan waktu yang lama
- Permasalahan pada pengembangan perangkat lunak meningkatkan resistensi lokal dan menurunkan produktivitas klininikus.
- Pihak Klinikus
- Fokus utama administrator kesehatan tertuju pada sistem keuangan,
- Membutuhkan waktu yang lama untuk penanganan pasien khususnya dalam pengisian data
- Sistem EHR meningkatkan dokter menyelesaikan pengumpulan informasi secara intensif, tetapi sulit memfokuskan perhatian pada aspek komunikasi lain dengan pasien,
- EHR memerlukan terlalu banyak langkah untu menyelesaikan tugas sederhana,
- EHR tidak efektif mengakomodasi dengan masalah berganda,
- Dekstop di ruang periksa mengganggu arah posisi duduk dokter dan pasien,
- Keamanan desktop di ruang periksa tidak terjamin jika pengunjung membawa anak-anak yang sangat aktif.
Berdasarkan beberapa hal yang diketahui dalam implementasi EHR, maka diperlukan standar EHR untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kebijakan kesehatan, yaitu (1) Mengurangi biaya pengembangan, (2) Meningkatkan keterpaduan data, (3) Memfasilitasi pengumpulan data agregat yang bermakna.
Sebagai strategi dalam implementasi EHR yang pertama, yaitu perlu adanya pemilihan Sistem EHR di sarana pelayanan kesehatan, melalui tahapan:
- Penelusuran kebutuhan
- Tim kerja/komite
- Konsultan
- Pengembangan visi
- Pemahaman sistem yang ada
Metode yang dapat digunakan untuk kebutuhan ini meliputi wawancara (dengan atau tanpa kuesioner) dan observasi terhadap kegiatan harian dalam lingkup yang akan dikembangkan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah untuk mengetahui:
- jenis informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pengguna
- siapa saja yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem
- bagaimana informasi tersebut didayagunakan
- di tingkat mana saja dan dalam konteks apa saja informasi tersebut dibutuhkan
- media apa saja yang dibutuhkan dalam penangkapan data dan penyampaian informasinya.
- Penentuan kebutuhan sistem
Contoh informasi yang esensial tentang klien misalnya nama pasien, dokter yang merawat, dan informasi tentang asuransinya. Hal yang tidak dibutuhkan saat ini (wants) bisa ditelaah lagi apakah memang akan menjadi penting pada saat yang akan datang, misalnya penerapan teknologi pengenal suara/voice recognation.
Sebagai strategi lain dalam implementasi EHR, yaitu harus diantisipasi adanya kesalahan (error) yang mungkin terjadi, yakni error within dan error without.
- The Errors Within (Intrinsic risk factors): Intrinsic risk factors are anticipated sources of errors, which are within the control of the information producer or user, include:
- Data; perlu adanya standarisasi (alur data)
- Deployment; ujicoba sistem baru
- Development; fase pengembangan konstruksi dan verifikasi disain system
- Detection; Deteksi kesalahan perlu dilakukan
- 2. The Errors Without (Extrinsic risk factors): Extrinsic risk factors are unanticipated errors caused by factors outsides of the system and beyond the control of information producers or users, include:
- Communication; diperlukan antar para pengguna (users)
- Complexity; banyaknya variasi komponen dan interface pada sistem RKE
- Corruption
- Conversion; terjadi pada penyatuan, pemisahan dan transformasi informasi ke media lain
Teknologi penunjang EHR merupakan strategi keberhasilan implementasi EHR, yaitu:
- Teknologi dan Kualitas Data; teknologi dan database serta manajemen basis data
- Aplikasi
- Pelayanan rawat jalan
- Pelayanan rawat inap
- Penunjang diagnostik
- Lain-lain: registrasi, statistik kesehatan, riset dan epidemiologi dll
- Tipe Data, Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
- Tipe Data: tulisan, angka, suara, image/film, video, gambar, tanda (EEG dan ECT)
- Perangkat keras (Hardware); pheriperal equipment (CD Rom), Data input device (workstation dan PC), Output Devicenya (printer dan modem)
- Perangkat lunak (Software); programming language, database.
- Lain-lain.
Modal atau investasi awal merupakan barrier utama dalam penerapan EHR. Kendala-kendala lain dalam penerapan EHR meliputi: (1) Physician resistance, (2) Lack of technology standards, (3) Staff workload.
Beberapa renponden juga menyatakan bahwa budaya pelayanan kesehatan masa kini merupakan barrier pada EHR. Berdasarkan survey ini juga dijelaskan bahwa perbedaan luas adopsi EHR memerlukan perubahan utama perilaku, aliran kerja (workflows), hubungan antara organisasi kesehatan. Para pimpinan menyarankan kepada pemerintah untuk:
- Mengembangkan standar teknologi (developed technology standards),
- Menyediakan subsidi keuangan untuk mendorong penerapan EHR (provide subsidies or tax credits to encourage adoption of EHRs),
- Menjalankan tugas (mandate compliance),
- Mengedukasi para dokter dan masyarakat tentang keuntungan EHR (educate physicians and the public about EHR benefits),
- Menetapkan departemen pusat untuk menyediakan pandangan secara nasional (establish a federal department to provide national oversight).
V. Change in the HIM Department
Implementasi EHR di Sarana Pelayanan Kesehatan yang saat ini menjadi isu hangat akan berdampak di dalam perubahan penyelenggaraan unit kerja Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (HIM Deparment). Unit kerja RMIK semula yang berbasis ruang kerja ke depan akan menjadi “Department without Walls”, “No handling of paper charts, no filing of loose sheets, and no photocopying of records” and Coding of diagnoses and procedures is already being performed successfully online.Peran profesional MIK yang akan datang mencakup: Manajer MIK, Spesialis data klinis, Koordinator informasi pasien, Manajer kualitas data, Manajer sekuritas informasi, Administrator sumber data, dan Riset dan spesialis penunjang keputusan.
Beberapa fungsi yang selama ini dilakukan oleh para praktisi RMIK, akan bergeser menjadi lebih sedikit dan sebagian lagi akan ditiadakan. Secara rinci beberapa fungsi dan pergeserannya akan dibahas pada artikel “Peran Profesional MIK dalam EHR” edisi yang akan datang.
VI. Penutup
Implementasi EHR merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan bagi setiap sarana pelayanan kesehatan yang dipicu oleh peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Untuk itu diperlukan pemahaman bersama dalam strategi imlementasi EHR.Kunci sukses implementasi EHR di saryankes tidak terlepas dari peran serta pemerintah dalam menyiapkan kebijakan terkait dengan implementasi EHR antara lain: Standarisasi model EHR yang sesuai di sarana pelayanan kesehatan Indonesia, Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran dari UU ITE No. 11 tahun 2008 dan Pedoman pelaksanaan EHR di saryankes termasuk standarisasi istilah-istilah data dasar yang diperlukan dalam EHR.
Professional Rekam Medis dan Infomasi Kesehatan atau Manajemen Informasi Kesehatan (MIKI) wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang TIK untuk mengantisipasi beberapa peran professional MIK yang akan datang.
Daftar Pustaka
Abdelhak Mervat, et.al. Health Information Management of Strategic Resource. W.B. Saunders Company, 2002Amatayakul Margret K., Electronic Health Records: A Practical Guide for Professionals and Organizations, American Health Information Management Assosiation (AHIMA), Chicago Illinois, 2004
Berg Marc, Health Information Management Integrating Information Technology in Health Care Work, Routledge, New York, 2004
Deborah Kohn, When the Writ Hits the Fan: The Importance of Managing Electronic Health Records (EHR), Journal AHIMA, September 2004 – 75/8
Fuad Anis, Persiapan Tenaga Medis dalam Persiapan RKE di Indonesia, Makalah dalam seminar sehari Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta 2005
Fuad Anis, Teknologi Informasi untuk Keselamatan Pasien, (artikel elektronik) diakses tanggal 14 Mei 2008, http://www.desentralisasi-kesehatan.net
Hagland Mark, Clinic EHR Streamlines HIM Department, Journal AHIMA, March 2003 – 74/3
Hatta Gemala, Paradigma Baru Rekam Medis: Manajemen Informasi Kesehatan, Makalah dalam seminar sehari Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta 2005
Hanson Susan P., The EHR in India, Journal AHIMA, January 2005 – 76/1
Harlan Johan, Dari Rekam Medik Kertas ke Rekam Kesehatan Elekronik, (artikel elektronik) diakses tanggal 14 Mei 2008.
Huffman, Edna K., Health Information Management, 10th Ed. Berwyn, Illinois: Physicians’ Record Company, 1999
Latour Kathleen M., Shirley Eichenwald. Health Information Management: Concepts, Principles and Practice. Chicago Illinois: American Health Information Management Association (AHIMA), 2002
Madhavan Nayar and Sharon Miller, Anticipating Error: Identifying Weak Links in the Electronic Healthcare Environment, Journal AHIMA, September 2004 – 75/8
Menteri Kesehatan, 2008: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, Depkes RI, Jakarta
Mon Donald T., E-HIM Fundamentals: Defining the Differences between the CPR, EMR, and EHR, Journal AHIMA, October 2004 – 75/9
Rollins Gina, Turning a Physician Practice on Its Head: Kaisar Leader Reveals the Challenges, Benefits of EHR, Journal AHIMA, March 2003 – 74/3
Shortliffe Edward H., Leslie E. Perreault. Medical Informatics: Computer Applications in Health Care. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. 1990
Sub. Dit. Keterapian Fisik Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, Dirjen Yanmed Depkes RI, Draft Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik (RKE), Jakarta, 2005
World Health Organization, Medical Record Manual for Developing Countries, Geneva, 2006
DIFUSI OSMOSIS
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah,
sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Contoh peristiwa
difusi yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar dan contoh
peristiwa osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke dalam air garam.
Kecepatan difusi ditentukan oleh : jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak kinetik dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi melalui dua cara:
a. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan berdifusi terlarut lipid
b. Melalui saluran licin pada beberapa protein transpor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
1. Suhu, makin tinggi difusi makin cepat
2. BM makin besar difusi makin lambat
3. Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat
4. Perbedaan Konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi.
5. Jarak tempat berlangsungnya difusi, makin dekat jarak tempat terjadinya difusi, makin cepat proses difusi yang terjadi.
6. Area Tempat berlangsungnya Difusi, makin luas area difusi, makin cepat proses difusi.
Soal :
1. Berdasarkan video tersebut jelaskan perbedaan antara difusi dengan osmosis !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Equilibrium pada proses difusi dan osmosis!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipertonis, isotonis, dan hipotonis !
Jawab :
1. Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
2. Equilibrium merupakan keadaan dimana kedua zat bercampur/imbang.
3. Hipertonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih besar dari pada zat terlarut.
Isotonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut sama besar dari pada zat terlarut.
Hipotonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih kecil dari pada zat terlarut.
Kecepatan difusi ditentukan oleh : jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak kinetik dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi melalui dua cara:
a. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan berdifusi terlarut lipid
b. Melalui saluran licin pada beberapa protein transpor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
1. Suhu, makin tinggi difusi makin cepat
2. BM makin besar difusi makin lambat
3. Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat
4. Perbedaan Konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi.
5. Jarak tempat berlangsungnya difusi, makin dekat jarak tempat terjadinya difusi, makin cepat proses difusi yang terjadi.
6. Area Tempat berlangsungnya Difusi, makin luas area difusi, makin cepat proses difusi.
Soal :
1. Berdasarkan video tersebut jelaskan perbedaan antara difusi dengan osmosis !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Equilibrium pada proses difusi dan osmosis!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipertonis, isotonis, dan hipotonis !
Jawab :
1. Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
2. Equilibrium merupakan keadaan dimana kedua zat bercampur/imbang.
3. Hipertonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih besar dari pada zat terlarut.
Isotonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut sama besar dari pada zat terlarut.
Hipotonis adalah keadaan dimana konsentrasi pelarut lebih kecil dari pada zat terlarut.
Doc 2
l) Mekanisme difusi
Difusi
merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat
berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),d
ifusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion
by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion).
Difusi
sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul yang berpindah
atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat
menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel
terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K
serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga
sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O.
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat
menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari
protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan
molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam
amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral , tidak dapat menembus
membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter
untuk dapat menembus membrane.
Proses
masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi
difasilitasi.
Difusi difasiltasi
(facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang
melibatkan protein pembawa atau protein transforter. Protein transporter
tergolong protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau
molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki
protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa
diperlukan protein transforter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam
sel.
Protein
transporter untuk grukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung,
sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan
glukosa untuk diubah menjadi energy.
Osmosis
adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan
yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat
pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi
permeabel. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput
semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput
semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai
pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan
dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang
berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang
konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air
berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang
konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam
sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika
larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah
daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.
Doc 3
Pengertian Difusi, Osmosis, Transpor Aktif,
Endositosis & Eksositosis
Gerakan zat melalui membran dibedakan menjadi dua macam,
yaitu gerakan pasif yang tidak menggunakan energi dan gerakan aktif yang
memerlukan energi, yang termasuk gerakan pasif adalah difusi dan osmosis,
sedang yang termasuk gerakan aktif adalah transpor aktif, endositosis, dan
eksositosis.
1. Difusi
Difusi adalah peristiwa perpindahan
molekul zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi lebih rendah untuk mencapai kesamaan konsentrasi. Di tingkat
sel, difusi bermacam bahan, termasuk air terjadi terus menerus dan di
mana-mana.
2. Osmosis
Osmosis, yaitu perpindahan melekul
air melalui selaput semipermiabel dari larutan yang hipotonis (kepekatan
rendah) ke larutan hipertonis (kepekatan tinggi).
3. Transpor Aktif
Transpor aktif adalah perpindahan
zat melalui membrane selektif permiabel dari tempat yang konsentrasi zatnya
rendah ke tempat yang konsentrasi zatnya tinggi menggunakan energi (ATP) dan
enzim pengangkut (protein carier).
Senyawa yang berupa karbohidrat agar
dapat diserap harus dipecah atau disederhanakan dahulu menjadi monosakarida,
seperti fruktosa, glukosa dan galaktosa. Senyawa-senyawa
tersebut masih bersifat pasif
sehingga sukar diserap oleh sel. Untuk itu harus diaktifkan lebih dahulu dengan
menggunakan energi yang tersimpan di dalam sel berupa energi kimia yang disebut
ATP (Adenosin Tri Phospat).
Untuk membebaskan energi ATP
diperlukan enzim tertentu sehingga terbatas energinya berupa 1 mol phospat
sehingga sisanya berupa ADP (Adenosin Diphospat). Peristiwa inilah yang disebut
transpor aktif.
Transpor aktif melawan gradien
konsentrasi suatu zat. Contohnya pompa Na+, K+.
4. Endositosis dan Eksositosis
Endositosis adalah proses memasukkan
zat-zat padat atau tetes-tetes cairan melalui membran sel sedangkan eksositosis
adalah proses mengeluarkan zat-zat padat atau tetes-tetes cairan melalui
membran sel.
Endositosis dan eksositosis dapat
terjadi pada organisme bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium dan sel-sel
tertentu dari tubuh Vertebrata misalnya sel darah putih.
Difusi adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh
lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran
permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan
untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk
ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini
bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu
sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam
biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan
ke dalam dan ke luar sel.
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah
teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm
sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah
“solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
“semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau
membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel.
Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang
tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan
sebuah solvent dari sebuah daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah
membran ke sebuah daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan
melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah
mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi
dan membiarkan pendapatan “solvent” murni dari sisi satunya.
Minggu, 31 Maret 2013
sistim pomr rekam medis
1. Perbedaan SOMR dan POMR
SOMR dan POMR merupakan bentuk atau tipe format rekam medis. yaitu suatu pola [engorganisasian dari form-form / lembaran-lembaran dan isi rekam medis.
A. SOMR
Berorientasi pada sumber pelayanan. setiap lembar disusun berdasarkan tanggal yang disusun secara kronologis di nurse station, jjadi informasi yang terbaru ada di bagian paling atas dan terlama ada di bagian paling bawah. sesudah pasien pulang catatan lembaran disusun kembali dari awal sampai akhir. SOMR membuat laporan terorganisir berdasarkan sumber pelayanan dalam suatu bagian sehingga memudahkan untuk menentukan penilaian, pengobatan dan observasi pada setiap pelayanan yang telah diberikan.
B. POMR
Metode ini diperkenalkan oleh Lawrence L. Weed, WD (1960). Metode ini mencerminkan pikir yang logis pada pelayanan yang diberikan dokter. dokter menyimpulkan dan mengikuti setiap problem klinis secara individu dan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama.
1. Data Base (data dasar) Harus ada pada setiap pasien, termasuk keluhan utama, penyakit sekarang, data sosial yang terkait, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
2. Problem list (Daftar masalah) Merupakan masalah-masalah yang telah diketahui dokter seperti gejala-gejala, temuan abnormal, temuan secara fisiologi dan diagnosis khusus.
3. The Initial Plans (Rencana awal). Rencana awal ini menyelesaikan apa yang akan dilakukan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai kondisi pasien, pengobatan pasien, dan memberi penjelasan kepada pasien mengenai keadaannya.
4. Progress Note (Catatan perkembangan) Follow Up dari setiap masalah, mengindikasikan : apa yang terjadi pada pasien, apa yang direncanakan untuk pasien, bagaimana reaksi pasien terhadap terapi yang diberikan.
1. . Data Base (data dasar) Harus ada pada setiap pasien, termasuk keluhan utama, penyakit sekarang, data sosial yang terkait, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
2. Problem list (Daftar masalah) Merupakan masalah-masalah yang telah diketahui dokter seperti gejala-gejala, temuan abnormal, temuan secara fisiologi dan diagnosis khusus.
3. The Initial Plans (Rencana awal). Rencana awal ini menyelesaikan apa yang akan dilakukan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai kondisi pasien, pengobatan pasien, dan memberi penjelasan kepada pasien mengenai keadaannya.
4. Progress Note (Catatan perkembangan) Follow Up dari setiap masalah, mengindikasikan : apa yang terjadi pada pasien, apa yang direncanakan untuk pasien, bagaimana reaksi pasien terhadap terapi yang diberikan.
IMR
Integrated Medical record merupakan format rekam medik yang menyusun seluruh form secara kronologis. yang terbaru disusun di paling atas, saat pulang disusun kembali dari awal sampai akhir. kuncinya adalah seluruh sumber pemberi pelayanan dijadikan satu.
2. Apa yang perlu diperhatikan untuk mendisain formulir RM yang baik
Untuk mendisain formulir RM yang baik pertama-tama kita harus perhatikan prinsip desain formulir, sbb
Menurut Ahima 2002,
1.Formulir harus mudah diisi/dilengkapi
2.Tercantum instruksi pengisian dan penggunaan dari formulir tersebut
3.Pada formulir harus terdapat heading yang mencakup judul dan tujuan secara jelas
4.Nama dan alamat sarana pelayanan kesehatan (RS) harus tercantum pada setiap halaman formulir
5.Nama, nomor RM dan informasi lain tentang pasien seharusnya tercantum pada setiap halaman formulir. (bar coding)
6.Bar coding juga mencakup indeks formulir
7.Nomor dan tanggal revisi formulir dicantumkan agar dapat dipastikan penggunaan formulir terkini
Setelah itu kita harus perhatikan kelengkapan isi dari rekam medik itu sendiri :
Data Administratif Mencakup:
Data Demografi
Data demografi minimal berisi:
Nama lengkap
No.RM/RK
Alamat Lengkap
Tempat dan tanggal lahir
Jenis kelamin
Status pernikahan
Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat dihubungi
Tanggal dan waktu pendaftaran
Nama rumah sakit
Tujuan mengumpulkan data demografi:
Untuk mengkonfirmasikan identitas pasien secara lengkap
Diperlukan dalam penelitian, data dasar statistik, dan sumber perencanaan
2. Data Keuangan : yang terkait dengan asuransi
3. Data lain yang berhubungan dengan pasien
Informed Consent:
Persetujuan tindakan / operasi
Persetujuan rawat
Penolakan rawat
Pernyataan permintaan pulang paksa, dll
Lembar Pengesahan pengeluaran informasi
Surat kuasa
Tata tertib rawat
Sertifikat Kelahiran/ Kematian
Korespondensi yang berkaitan denga permintaan Rekaman
Surat klaim
Lembaran Audit
Lembaran kejadian
Dsb.
b. Data Klinis
Data pasien berupa hasil pemeriksaan, pengobatan, perawatan yang dilakukan oleh praktisi kesehatan dan penunjang medis
Rekaman Klinis untuk pasien rawat inap berisi:
Riwayat penyakit masa lalu dan saat ini
Hasil Pemeriksaan fisik
Catatan Perawat (Catatan Keperawatan, Rencana/ Asuhan Keperawatan, Catatan perkembangan keperawatan/ harian, Observasi klinis, Ringkasan keperawatan,dll)
Instruksi dokter
Laporan dan hasil pemeriksaan diagnostik dan terapeutik: hasil radiology (seperti rontgen, Mammogram, USG, Scan, MRI), hasil laboratorium, EKG, Treadmill, EEG, EMG, Endoscopy, dsb
Laporan Operasi dan tindakan lainnya
Laporan konsultasi
Ringkasan Riwayat pulang (Resume) berupa ringkasan selama dirawat , diagnosa akhir dan kondisi saat pasien pulang
Instruksi akhir untuk pasien sebelum pulang
SOMR dan POMR merupakan bentuk atau tipe format rekam medis. yaitu suatu pola [engorganisasian dari form-form / lembaran-lembaran dan isi rekam medis.
A. SOMR
Berorientasi pada sumber pelayanan. setiap lembar disusun berdasarkan tanggal yang disusun secara kronologis di nurse station, jjadi informasi yang terbaru ada di bagian paling atas dan terlama ada di bagian paling bawah. sesudah pasien pulang catatan lembaran disusun kembali dari awal sampai akhir. SOMR membuat laporan terorganisir berdasarkan sumber pelayanan dalam suatu bagian sehingga memudahkan untuk menentukan penilaian, pengobatan dan observasi pada setiap pelayanan yang telah diberikan.
B. POMR
Metode ini diperkenalkan oleh Lawrence L. Weed, WD (1960). Metode ini mencerminkan pikir yang logis pada pelayanan yang diberikan dokter. dokter menyimpulkan dan mengikuti setiap problem klinis secara individu dan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama.
1. Data Base (data dasar) Harus ada pada setiap pasien, termasuk keluhan utama, penyakit sekarang, data sosial yang terkait, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
2. Problem list (Daftar masalah) Merupakan masalah-masalah yang telah diketahui dokter seperti gejala-gejala, temuan abnormal, temuan secara fisiologi dan diagnosis khusus.
3. The Initial Plans (Rencana awal). Rencana awal ini menyelesaikan apa yang akan dilakukan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai kondisi pasien, pengobatan pasien, dan memberi penjelasan kepada pasien mengenai keadaannya.
4. Progress Note (Catatan perkembangan) Follow Up dari setiap masalah, mengindikasikan : apa yang terjadi pada pasien, apa yang direncanakan untuk pasien, bagaimana reaksi pasien terhadap terapi yang diberikan.
1. . Data Base (data dasar) Harus ada pada setiap pasien, termasuk keluhan utama, penyakit sekarang, data sosial yang terkait, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
2. Problem list (Daftar masalah) Merupakan masalah-masalah yang telah diketahui dokter seperti gejala-gejala, temuan abnormal, temuan secara fisiologi dan diagnosis khusus.
3. The Initial Plans (Rencana awal). Rencana awal ini menyelesaikan apa yang akan dilakukan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai kondisi pasien, pengobatan pasien, dan memberi penjelasan kepada pasien mengenai keadaannya.
4. Progress Note (Catatan perkembangan) Follow Up dari setiap masalah, mengindikasikan : apa yang terjadi pada pasien, apa yang direncanakan untuk pasien, bagaimana reaksi pasien terhadap terapi yang diberikan.
IMR
Integrated Medical record merupakan format rekam medik yang menyusun seluruh form secara kronologis. yang terbaru disusun di paling atas, saat pulang disusun kembali dari awal sampai akhir. kuncinya adalah seluruh sumber pemberi pelayanan dijadikan satu.
2. Apa yang perlu diperhatikan untuk mendisain formulir RM yang baik
Untuk mendisain formulir RM yang baik pertama-tama kita harus perhatikan prinsip desain formulir, sbb
Menurut Ahima 2002,
1.Formulir harus mudah diisi/dilengkapi
2.Tercantum instruksi pengisian dan penggunaan dari formulir tersebut
3.Pada formulir harus terdapat heading yang mencakup judul dan tujuan secara jelas
4.Nama dan alamat sarana pelayanan kesehatan (RS) harus tercantum pada setiap halaman formulir
5.Nama, nomor RM dan informasi lain tentang pasien seharusnya tercantum pada setiap halaman formulir. (bar coding)
6.Bar coding juga mencakup indeks formulir
7.Nomor dan tanggal revisi formulir dicantumkan agar dapat dipastikan penggunaan formulir terkini
Setelah itu kita harus perhatikan kelengkapan isi dari rekam medik itu sendiri :
Data Administratif Mencakup:
Data Demografi
Data demografi minimal berisi:
Nama lengkap
No.RM/RK
Alamat Lengkap
Tempat dan tanggal lahir
Jenis kelamin
Status pernikahan
Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat dihubungi
Tanggal dan waktu pendaftaran
Nama rumah sakit
Tujuan mengumpulkan data demografi:
Untuk mengkonfirmasikan identitas pasien secara lengkap
Diperlukan dalam penelitian, data dasar statistik, dan sumber perencanaan
2. Data Keuangan : yang terkait dengan asuransi
3. Data lain yang berhubungan dengan pasien
Informed Consent:
Persetujuan tindakan / operasi
Persetujuan rawat
Penolakan rawat
Pernyataan permintaan pulang paksa, dll
Lembar Pengesahan pengeluaran informasi
Surat kuasa
Tata tertib rawat
Sertifikat Kelahiran/ Kematian
Korespondensi yang berkaitan denga permintaan Rekaman
Surat klaim
Lembaran Audit
Lembaran kejadian
Dsb.
b. Data Klinis
Data pasien berupa hasil pemeriksaan, pengobatan, perawatan yang dilakukan oleh praktisi kesehatan dan penunjang medis
Rekaman Klinis untuk pasien rawat inap berisi:
Riwayat penyakit masa lalu dan saat ini
Hasil Pemeriksaan fisik
Catatan Perawat (Catatan Keperawatan, Rencana/ Asuhan Keperawatan, Catatan perkembangan keperawatan/ harian, Observasi klinis, Ringkasan keperawatan,dll)
Instruksi dokter
Laporan dan hasil pemeriksaan diagnostik dan terapeutik: hasil radiology (seperti rontgen, Mammogram, USG, Scan, MRI), hasil laboratorium, EKG, Treadmill, EEG, EMG, Endoscopy, dsb
Laporan Operasi dan tindakan lainnya
Laporan konsultasi
Ringkasan Riwayat pulang (Resume) berupa ringkasan selama dirawat , diagnosa akhir dan kondisi saat pasien pulang
Instruksi akhir untuk pasien sebelum pulang
Rabu, 27 Maret 2013
Bangga kuliah rekam medis
Halooo kawan semua informasi terbaru bagi anda yang lulusan SMK di rekam medis dan informasi kesehatan anda mendapat mta kuliah akutansi,, Anda dapat berapresiasi tentang kahlian anda dlam bdang mengelola data dalam bntuk perbankan admnistrasi kesehatan. Rekam medis mengatur semua administrasi di suatu eayan kesehatan mlai dari pendaftaran, penyimpanan bkas , pengolahan data ,statistik rumah sakit ,akutansi lporan pndapatan dn pngeluaran , koding penyakit iagnosa dll.
Rekam medis dan infokes sangat di perlukan d semua playan kesehatan, peluang kerja yang mnunggu anda akan membentuk smangat yg hebat untuk anda mnjalankan kliah yg baik,benar dn berwawasan. mari ajak tman anda ataupun keluarga ada untuk masuk kliah ini
*semoga info ini bermamfaat
Selasa, 26 Maret 2013
Rekam Medis juaranya tangan kanan pelayank kesehata
Halo kawan semua...saya mau cerita sdikit tentang rekam medis (medical record).
Setelah lulus SMA saya bngung mau masuk kuliah apa. Setelah saya browsing di internet saya berminat pads suatu kampus kesehatan dan memilih prody rekam medis. Wow ternyata saya tidak salah pilih,saya menerima materi kuliah yang menarik srta mdidik sekali karna bukan hanya materi tentang kesehatan tapi juga ilmu tentang teknologi (TI),kependudukan,kemanusiaan,agama dan lain lain,sekarang saya udah semester 4 dan sudah mengenyam banyak materi teori praktik dalam perkuliahan..
Di dalam kenyataannya rkam medis memng sangat di perlukan pada pelayanan kesehatan dan sebagainya. Rekam medis sngatlah di perlukan karena mngatir tentang informasi brupa soft dan hard suatu administrasi contoh pengelolaan data pasien, pnetapan kode diagnosa, statistik rmah sakit dan pelaporan, serta pnglolaan berkas rekam medis pasien .. So ayooo tman2 smua betapa pentingnya kita kliah rekam medis yang serba yang tersedia informasi apapun.thanks
Setelah lulus SMA saya bngung mau masuk kuliah apa. Setelah saya browsing di internet saya berminat pads suatu kampus kesehatan dan memilih prody rekam medis. Wow ternyata saya tidak salah pilih,saya menerima materi kuliah yang menarik srta mdidik sekali karna bukan hanya materi tentang kesehatan tapi juga ilmu tentang teknologi (TI),kependudukan,kemanusiaan,agama dan lain lain,sekarang saya udah semester 4 dan sudah mengenyam banyak materi teori praktik dalam perkuliahan..
Di dalam kenyataannya rkam medis memng sangat di perlukan pada pelayanan kesehatan dan sebagainya. Rekam medis sngatlah di perlukan karena mngatir tentang informasi brupa soft dan hard suatu administrasi contoh pengelolaan data pasien, pnetapan kode diagnosa, statistik rmah sakit dan pelaporan, serta pnglolaan berkas rekam medis pasien .. So ayooo tman2 smua betapa pentingnya kita kliah rekam medis yang serba yang tersedia informasi apapun.thanks
Langganan:
Postingan (Atom)